Rabu, Juli 17, 2013

ZIARAH KE MAKAM KI RONGGO WARSITO : Pujangga Besar Budaya Jawa

Makam Ki Ronggo Warsito letaknya tak jauh dengan kampung halamanku Besole, Ceper, Klaten. Beberapa waktu lalu aku wisata religi kesana. Yang belum tahu banyak mengenai sejarah Ki Ronggo Warsito sang Pujangga besar budaya Jawa. Berikut tulisannya (sumber sejarah dari Wikipedia) :

Makam Ki Ronggowarsito
Melewati hamparan sawah
Raden Ngabehi Ronggo Warsito atau yang biasa kita kenal dengan Ki Ronggo Warsito adalah Pujangga besar budaya Jawa yang hidup di Kasunanan Surakarta. Ia lahir dengan nama Bagus Burham di Surakarta pada 15 Maret 1802 dan wafat pada 24 Desember 1873 (71 tahun). Ayahnya Mas Pajangswara (cucu Yasadipura II / pujangga besar Kasunanan Surakarta). Sedangkan Ibunya keturunan Kasultanan Demak.

Ki Ronggowarsito
Masa mudanya, Bagus Burham adalah anak yang nakal. Ia dikirim kakeknya ke Pondok Pesantren Gebang Tinatar, Ponorogo. Ketika pulang ke Surakarta, Ia diambil sebagai cucu angkat Panembahan Buminoto (Panembahan IV)lalu diangkat sebagai Carik Kadipaten Anom yang bergelar : Mas Pajanganom. Pada 9 November 1821, Burham menikah dengan Raden Ayu Gombak (Putri Adipati Cakradiningrat – Kediri). Tinggal di Kediri membuat Burham jenuh dan ia memutuskan untuk berkelana ditemani Ki Tanujoyo (pengasuh setianya dari kecil).

Bangunan Makam
Masa kejayaan karir Burham saat diangkat sebagai Panewu Carik Kadipaten Anom dan bergelar Raden Ngabehi Ronggo Warsito menggantikan ayahnya yang meninggal di penjara Belanda tahun 1830. Lalu setelah kematian kakeknya, Ronggo Warsito diangkat sebagai Pujangga Kasunanan Surakarta oleh Pakubuwono VII pada 14 September 1845. Pada masa inilah, Ronggo Warsito melahirkan banyak karya sastra. Ia pun dikenal sebagai peramal ulung dengan berbagai ilmu kesaktian.

Misteri kematiannya sangat menggemparkan karena ditemukan Serat Sabdajati yang bercerita mengenai hari kematiannya yang ia tulis sendiri. Hal ini menimbulkan dugaan kalau Ronggowarsito dihukum mati sehingga ia mengetahui hari kematiannya. Namun pendapat tersebut mendapat bantahan dari kalangan elit Kasunanan Surakarta, yang berpendapat kalau Ronggo Warsito peramal ulung sehingga tidak aneh jika ia mengetahui kematiannya sendiri.  Ronggowarsito dimakamkan di Palar, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Makamnya pernah dikunjungi oleh mantan Presiden Soekarno dan Gus Dur.

Vintage Lamp
Dibalik cerita kematiannya ini, adanya fitnah yang disebarkan oleh pihak Belanda tentang Mas Pajangswara (ayah Ronggo Warsito) sebagai juru tulis Keraton yang dianggap telah membocorkan hubungan baik Pakubuwono VI dengan Pangeran Diponegoro. Akhirnya Pakubuwono VI ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Ambon. Anak Pakubuwono VI yaitu Pakubuwono IX naik tahta dan akhirnya membenci Ronggo Warsito. Hubungan Ronggo Warsito menjadi kurang baik dengan Belanda meskipun memiliki sahabat sekaligus murid bernama CF Winter, Sr. Disini Ronggo Warsito dianggap sebagai jurnalis berbahaya karena tulisan-tulisannya dapat membangkitkan semangat juang kaum pribumi. 

Perpustakaan di area Makam
Ronggo Warsito hidup di masa penjajahan Belanda. Ia menyaksikan sendiri penderitaan tanam paksa rakyat Jawa. Dalam suasana itu ia meramalkan datangnya kemerdekaan dalam Serat Jaka Lodang dengan 4 kata : Wiku Sapta Ngesthi Janma. Kalimat itu merupakan kalimat Suryasengkala, jika ditafsirkan memperoleh angka : 7-7-8-1. Pembacaan Suryasengkala dibalik dari belakang menjadi : 1877 tahun saka. Yang bertepatan dengan 1945 Masehi, tahun kemerdekaan Republik Indonesia.
Mengisi daftar kunjungan

Karya lainnya yang fenomenal adalah : Serat Kalatida yang terdiri dari 12 bait tembang Sinom. Salah satu bait yang terkenal adalah :

# Amenangi jaman edan, ewuhaya ing pambudi
# Melu ngedan ora tahan,
# Yen tan melu anglakoni, Boya keduman melik, Kaliren Wekasanipun
# Ndilalah Kersa Allah, Sak bejo-bejoning kang lali, Luwih bejo kang eling klawan waspada.

Terjemahannya sebagai berikut :
Gerbang Utama

# Menyaksikan zaman gila, serba susah dalam bertindak
# Ikut gila tidak akan tahan
# Tapi kalau tidak ikut (gila) , tidak akan mendapat bagian, kelaparan akhirnya
# Namun telah menjadi kehendak Allah
# Sebahagia-bahagianya orang lalai, akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada.

(Syair tersebut masih relevan hingga zaman modern ini dimana banyak dijumpai para pejabat yang suka mencari keuntungan pribadi tanpa memikirkan orang lain). (Tuning Rahayu/ 17 Juli 2013. Sumber : Wikipedia)


2 komentar:

  1. wah saya baru tau sejarahnya mak ^^
    taunya museum ronggowarsito di kalibanteng semarang hehehe

    BalasHapus
  2. Hehe... kalau ada waktu ke Klaten, mampir ziarah Mak ! adem tempatnya :)

    BalasHapus