(sedikit bait lagu dari Iwan Fals, menggambarkan kerasnya hidup anak jalanan).
Pikiran ini masih terusik dengan peristiwa semalam didekat kolong UKI, tempat aku menunggu bis pulang ke Bekasi. Dua bocah kecil ; anak jalanan kisaran 6 tahunan bercanda dengan "khas yang mereka miliki" (lebih tepatnya kasar, tanpa tahu akibat dan cari perhatian disekitarnya). Mereka berlarian, saling dorong lalu tiba-tiba "blukkk !" salah satu anak jatuh tersungkur mencium aspal jalan. Seketika dia menangis keras, meronta kesakitan, memegangi kening & kepalanya. Mereka berada tepat 3 meter didepanku. Tak tega aku melihatnya. Kulihat ada darah yang mengalir, entah bersumber dari kepala atau keningnya. Hatiku miris dan hanya bisa mengucap "Ya Allah..."
Kaki ini rasanya berat untuk mendekat. Yang kupikirkan hanya takut karena daerah ini lumayan rawan dan aku tak tahu harus berbuat apa. Karena tak lama kemudian ada beberapa pengamen dewasa mendekatinya, menanyakan kenapa dan kulihat mereka sibuk membersihkan luka di kening & kepala anak itu dengan air mineral serta menutupnya dengan perban seadanya. Tampak seorang "checker bis" atau petugas pengatur bis kota juga ikut mendekatinya.
Pikiran & hatiku saat itu terus berkecamuk apakah aku harus mendekat ? karena dia sudah dikerumuni banyak pengamen dewasa. Aku hanya bisa berharap semoga anak itu baik-baik saja. Lalu tak lama sang checker ada disampingku.
"Anak itu bagaimana Pak?" tanyaku.
"Yahh itu sudah biasa Mbak, anak jalanan sih, kalau bercanda pada kasar" jawabnya standar.
Aku gemas dan penasaran "Memang ibunya kemana pak ?"
Pak checker menjawab "Wong namanya anak jalanan, itu anak rame-rame mbak ! bapaknya gak tau yang mana, Ibunya juga buang dia waktu umur 4 tahun !"
"Astaghfirullah" hatiku benar-benar remuk rasanya. Selintas, wajah anakku yang selalu penuh senyum terbayang. "Beruntunglah kamu anakku, saat ini kamu sedang berada di kasur empuk & bercanda dengan Pipi-mu" gumamku.
Betapa besar ketimpangan ini ada di Ibu Kota. Mungkin sudah ratusan anak jalanan aku jumpai selama kurang lebih 8 tahun aku mengais rejeki di Jakarta. Mereka seharusnya berada di rumah, belajar, merasakan kasih sayang dan tidur dengan nyaman. Namun inilah kenyataan, jalanan adalah rumah mereka. Mungkin aku sangat menyesal karena tidak dapat mengulurkan tanganku secara langsung. Namun, selalu ada doa yang biasa aku ucapkan ketika melihat anak-anak jalanan. Semoga kelak kalian menjadi orang yang beruntung, bisa lepas dari kerasnya jalanan ini. Bis kota yang kutunggu sudah datang. Pengamen dewasa yang tadi membantu si bocah mengiringi bis-ku dalam lagu. Terimakasih...masih ada simpatimu untuknya ! (Tuning Rahayu/ 31 Juli 2013 - ilustrasi foto kuambil dari google image)
Pikiran ini masih terusik dengan peristiwa semalam didekat kolong UKI, tempat aku menunggu bis pulang ke Bekasi. Dua bocah kecil ; anak jalanan kisaran 6 tahunan bercanda dengan "khas yang mereka miliki" (lebih tepatnya kasar, tanpa tahu akibat dan cari perhatian disekitarnya). Mereka berlarian, saling dorong lalu tiba-tiba "blukkk !" salah satu anak jatuh tersungkur mencium aspal jalan. Seketika dia menangis keras, meronta kesakitan, memegangi kening & kepalanya. Mereka berada tepat 3 meter didepanku. Tak tega aku melihatnya. Kulihat ada darah yang mengalir, entah bersumber dari kepala atau keningnya. Hatiku miris dan hanya bisa mengucap "Ya Allah..."
Kaki ini rasanya berat untuk mendekat. Yang kupikirkan hanya takut karena daerah ini lumayan rawan dan aku tak tahu harus berbuat apa. Karena tak lama kemudian ada beberapa pengamen dewasa mendekatinya, menanyakan kenapa dan kulihat mereka sibuk membersihkan luka di kening & kepala anak itu dengan air mineral serta menutupnya dengan perban seadanya. Tampak seorang "checker bis" atau petugas pengatur bis kota juga ikut mendekatinya.
Pikiran & hatiku saat itu terus berkecamuk apakah aku harus mendekat ? karena dia sudah dikerumuni banyak pengamen dewasa. Aku hanya bisa berharap semoga anak itu baik-baik saja. Lalu tak lama sang checker ada disampingku.
"Anak itu bagaimana Pak?" tanyaku.
"Yahh itu sudah biasa Mbak, anak jalanan sih, kalau bercanda pada kasar" jawabnya standar.
Aku gemas dan penasaran "Memang ibunya kemana pak ?"
Pak checker menjawab "Wong namanya anak jalanan, itu anak rame-rame mbak ! bapaknya gak tau yang mana, Ibunya juga buang dia waktu umur 4 tahun !"
"Astaghfirullah" hatiku benar-benar remuk rasanya. Selintas, wajah anakku yang selalu penuh senyum terbayang. "Beruntunglah kamu anakku, saat ini kamu sedang berada di kasur empuk & bercanda dengan Pipi-mu" gumamku.
Betapa besar ketimpangan ini ada di Ibu Kota. Mungkin sudah ratusan anak jalanan aku jumpai selama kurang lebih 8 tahun aku mengais rejeki di Jakarta. Mereka seharusnya berada di rumah, belajar, merasakan kasih sayang dan tidur dengan nyaman. Namun inilah kenyataan, jalanan adalah rumah mereka. Mungkin aku sangat menyesal karena tidak dapat mengulurkan tanganku secara langsung. Namun, selalu ada doa yang biasa aku ucapkan ketika melihat anak-anak jalanan. Semoga kelak kalian menjadi orang yang beruntung, bisa lepas dari kerasnya jalanan ini. Bis kota yang kutunggu sudah datang. Pengamen dewasa yang tadi membantu si bocah mengiringi bis-ku dalam lagu. Terimakasih...masih ada simpatimu untuknya ! (Tuning Rahayu/ 31 Juli 2013 - ilustrasi foto kuambil dari google image)
selalu miris dengar cerita tentang anak jalanan...berharap suatu saat kehidupan mereka bisa lebih baik..bisa bersekolah dan bermain bebas seperti anak2 lainnya.. *hope
BalasHapusIya Mak :( bahkan tak jarang saya meneteskan air mata melihatnya... sedih sekali. #BIG HOPE
HapusSerba salah ya, Mba.. mau nolong tapi takut jg dikeroyok :(
BalasHapusIyaaa :( cuma bisa mendoakan..
HapusHaduuhh.. nggak kebayang ada di posisi mu waktu itu mak.. :( Emang sih, suka miris kalo lihat anak-anak jalanan. Apalagi kalo tau bahwa mereka itu ada yang koordinir (preman). makin kasiaann..
BalasHapusBetul. Anak-anak kecil itu biasanya ada dalang koordinatornya. Memperlakukan anak2 itu sudah ibarat robot pencetak uang :(
Hapusjadi sedih bacanya. kadang serba salah menyikapi hal seperti ini ya maks. di satu sisi pengen membantu, tapi kalau ingat pernah baca kalau mereka itu diperalat oleh 'mafia',jadi takut dan malas (karena cuma ngenakin mafianya saja). Mana ya keperdulian pemerintah? Hiks...miris.
BalasHapusIyaaa mak... anak-anak kecil itu hanyalah korban yang akan dicetak menjadi preman jalanan. Hua hua hua....
Hapushttp://sisiusus260.blogspot.com/2017/11/negara-ini-butuh-orang-gila-seperti-saya.html
BalasHapushttp://sisiusus260.blogspot.com/2017/11/cerita-sepasang-kekasih-begal-korbannya.html
http://sisiusus260.blogspot.com/2017/11/cara-gampang-dapatkan-perut-sixpack.html
http://sisiusus260.blogspot.com/2017/11/10-cara-bangkitkan-gairah-pasangan-saat.html
CONTACT US :
BBM : D1E0517C
FB : Pelangi QQ Asia