
Ketika memasuki kawasan Glodok, Jakarta Barat, gang-gang disana memiliki nama yang melambangkan harapan-harapan. Coba tengok saja gang-gang ditiap sudutnya. Jalan Ketentraman, Jalan Kesejahteraan, Jalan Kebahagiaan menghiasi macetnya kawasan Glodok. Oya, ada sedikit cerita tentang asal muasal nama “Glodok”. Kabarnya berasal dari kesalahan ucap orang Tionghoa dalam menyebut kata “Grojok”. Karena dulunya daerah ini adalah reservoir (penampungan,red) air milik pemerintah Batavia dan sering terdengar suara aliran air yang berbunyi “Grojok, grojok !”.

Salah satu jalan yang terkenal dengan kulinernya adalah Jalan Kemenangan. Cakwe paling dicari!. Lebih lengkapnya akan saya tulis diakhir cerita. Selain itu, di Jalan Kemenangan terdapat kawasan yang dinamakan "Petak Sembilan", yang merupakan pecinan lama. Dinamakan petak sembilan, konon rumahnya berpetak-petak dan angka sembilan? Yah, mungkin bisa dihubungkan dengan angka keberuntungan orang Cina seperti angka 8. Disini, mayoritas dihuni oleh 3 suku, yakni Kwangtung (biasanya bergerak di bidang furniture), lalu Hokkian (memiliki usaha garmen/ tekstil), serta Kanton (kebanyakan berdagang sayur mayur).

Di Petak Sembilan ini, selain ada pasar tradisional yang menawarkan kebutuhan sehari-hari, juga terdapat Kuil Dharma Sakti (Yayasan Dharma Bhakti) atau orang Cina menyebutnya Klenteng Jin De Yuan atau Kim Tek Ie. Uniknya, klenteng ini dipersembahkan untuk peribadatan 3 umat yaitu Tao, Konghucu, dan Budha. So, multi religi. Pasar tradisional di Petak Sembilan cukup bersih, banyak yang menjual aneka bunga hidup, buah, sayur, dan ikan yang sangat segar. Ketika perayaan Imlek atau Cap Go Meh tiba, pasar ini semakin diramaikan dengan kebutuhan orang Cina seperti lampion, kue keranjang, dan pernak-perniknya.

Klenteng Jin De Yuan memiliki arti “kebajikan emas” dan ada sejak penjajahan Belanda abad 19. Kabarnya, klenteng ini merupakan klenteng tertua di Jakarta serta dibangun oleh Letnan Tionghoa benama Guo Xun Guan (Kwee Hoen) untuk menghormati Dewi Kwan Im (Guan Yin). Di kanan-kiri sebelum pintu masuk, ada gambar “Men Shen” yang diartikan Dewa Penjaga Pintu. Kemudian jendela kayunya berukir dan dinamakan “Qi Lin”.

Relief “Qi Lin” itu bergambar makhluk ajaib (kuda yang memiliki cula) dalam mitologi Cina sebagai lambang keberuntungan yang luar biasa. Di klenteng ini juga ada patung singa “Bao Gu Shi” yang didatangkan langsung dari Tiongkok Selatan pada tahun 1822. Diluar klenteng akan dijumpai penjual-penjual burung gereja atau gelatik. Bahwa dalam kepercayaan kaum Tionghoa, jika membebaskan burung sejumlah usia kita, maka usia kita akan dipanjangkan dan harapannya dikabulkan.

Pasca pemberontakan etnis Tionghoa yang disusul pembantaian Angke pada 1740, banyak orang Tionghoa dialokasikan ke pemukiman luar kota seperti Glodok atau Tangerang. Klenteng Jin De Yuan ini pun kena imbas dibakar namun akhirnya dipugar kembali. Warga yang di Tangerang diberi pondokan dan diajari bertanam. Dari sinilah cikal bakal munculnya nama seperti Pondok Aren, Pondok Cabe, Pondok Kacang, dan lain-lain.

Naahh, jika anda jalan-jalan ke Petak Sembilan, kulinernya banyak sekali. Antara lain yang terkenal adalah : cakwe di Jalan Kemenangan, ada dua rasa yaitu asin dan manis and yang seru ukurannya jumbo! harganya 1,5k saja. Lalu gado-gado "Direksi" (dinamakan demikian karena jaman dulu sering disinggahi para direksi taipan Sudono Salim), nasi tim atau sup bulus di Kedai Tang Kie juga masuk daftar, atau nasi hainam "Sedap Wangi" bagi yang suka.

Untuk membeli kerupuk Ny. Siok atau dendeng, "Toko Kawi" bisa menjadi pilihan. Namun bagi anda yang menghindari makanan non halal, wajib berhati-hati ya, karena seperti China Town ditempat lain, babi tetap menjadi menu andalan. (6 Juni 2009/ tuning-dari berbagai sumber)
Tulisanmu ajib!
BalasHapusmakasih yah...
BalasHapus